1.PENDAHULUAN TEORITIKA ETIKA BISNIS
A. Teori pengertian Etika
Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis (Velasquez, 2005). Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat.Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara
adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat.Etika bisnis juga merupakan studi
yang di khususkan mengenal moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi
pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan institusi dan
perilaku bisnis.
Norma Umum lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat
tertentu boleh dikatakan lebih bersifat universal atau dipahami atau dijadikan
landasan menentukan perbuatan yang baik atau buruk oleh banyak orang di dunia.
norma umum ini terbagi menjadi 3 yaitu:
- Norma Sopan santun atau Norma Etiket, yaitu adalah norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari. Etika tidak sama dengan Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku lahiriah yang menyangkut sopan santun atau tata krama
- Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat tersebut tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur secara baik
- Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
Etika Deontologi
Istilah ‘deontologi’ berasal dari kata
Yunani deon, yang berarti kewajiban. Karena itu, etika deontology menekankan
kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Menurut etika deontology, suatu
tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan
baik pada dirinya sendiri. dengan kata lain, tindakan itu bernilai moral karena
tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan
terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Jadi, nilai tindakan itu
tidak ditentukan oleh akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.
Etika Teleologi
berdasarkan dengan etika deontology, etika teleology justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Dapat dikatakan bahwa etika teleology lebih situasional, karena tujuan dan akibat tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.
berdasarkan dengan etika deontology, etika teleology justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Dapat dikatakan bahwa etika teleology lebih situasional, karena tujuan dan akibat tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.
B.BISNIS
SEBUAH PROFESI ETIS
Etika Terapan
Terapan etika
adalah, dalam kata-kata Brenda Almond, pendiri Society for Filsafat Terapan,
"pemeriksaan filosofis, dari sudut pandang moral, isu-isu tertentu dalam
kehidupan pribadi dan publik yang penting dari penilaian moral". Dengan
demikian istilah yang digunakan untuk menggambarkan upaya untuk menggunakan
metode filsafat untuk mengidentifikasi saja benar secara moral tindakan dalam
berbagai bidang kehidupan manusia. Terapan etika dibedakan dari etika normatif , yang menyangkut apa yang orang harus percaya
untuk menjadi benar dan salah, dan dari meta-etika , yang menyangkut sifat
pernyataan moral. Sebuah tipologi muncul untuk diterapkan etika (Porter, 2006)
menggunakan enam domain untuk membantu meningkatkan organisasi dan isu-isu
sosial pada tingkat nasional dan global:
Etika Profesi
Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:
6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan
pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat. Sedang Magnis Suseno (1991: 70) membedakan profesi sebagai profesi
pada umumnya dan profesi luhur. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian khusus.
Menuju bisnis sebagai profesi luhur
Tahap berikutnya dari sebuah profesi etis bisnis
setelah etika terapan, dan etika profesi ialah pelaku bisnis dan perusahaan
akan menuju bisnis sebagai profesi luhur. Perlu kita ketahui bahwa bisnis
bukanlah profesi, sebagian besar pendapat mengatakan bahwa seseorang yang
melakukan bisnis pasti ada yang berbuat curang dan bisnis yang dijalankannya
itu pasti akan menuju perbuatan yang dilarang oleh agama. Pendapat ini tentu
banyak yang menentang karena pendapat itu hanya dipandang dari sisi negatifnya
saja, mereka tidak memandangnya dari sisi positif. Sisi positifnya, banyak
orang yang berpendapat seseorang yang menjalankan bisnis pastinya telah
memiliki banyak pengalaman, mempertimbangkan segala resikonya yang akan
terjadi, berusaha seprofesional mungkin pada kemampuan dan konsekuensi yang
dimiliki oleh si pelaku bisnis itu sendiri, dengan pendapat inilah bisnis
menjadi sebuah profesi luhur.
Pandangan-pandangan yang umumnya muncul pada bisnis sebagai profesi luhur terbagi dalam 2 pandangan, yaitu pandangan praktis-realistis, dan pandangan ideal.
Pandangan-pandangan yang umumnya muncul pada bisnis sebagai profesi luhur terbagi dalam 2 pandangan, yaitu pandangan praktis-realistis, dan pandangan ideal.
2. BISNIS DAN ETIKA
Mitos Bisnis Amoral
Ungkapan lain dari etika bisnis menurut De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan atau mitos ini menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu, tentang dirinya, kegiatannya, dan lingkungan kerjanya.
Bagi orang bisnis yang menginginkan agar bisnisnya bertahan lama dan sukses tidak hanya dari segi material tapi dalam arti seluas-luasnya, mitos tersebut sulit dipertahankan.
Berikut adalah sebagai pengibaratan bahwa mitos amoral sama sekali tidak benar:
Ungkapan lain dari etika bisnis menurut De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan atau mitos ini menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu, tentang dirinya, kegiatannya, dan lingkungan kerjanya.
Bagi orang bisnis yang menginginkan agar bisnisnya bertahan lama dan sukses tidak hanya dari segi material tapi dalam arti seluas-luasnya, mitos tersebut sulit dipertahankan.
Berikut adalah sebagai pengibaratan bahwa mitos amoral sama sekali tidak benar:
- Bisnis memang sering diibaratkan sebagai judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau permainan penuh persaingan yang ketat
- tidak sepenuhnya benar bahwa sebagai sebuah permainan (judi), dunia bisnis mempunyai aturan main sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam kehidupan sosial pada umumnya.
- Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas
- Etika harus dibedakan dari ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, suatu gejala atau fakta yang berulang terus dan terjadi diman-mana menjadi alasan yang sah bagi setiap manusia untuk menarik sebuah teori atau hukum ilmiah yang sah dan berlaku universal.
- Pemberitaan, surat pembaca, dan berbagai aksi protesyang terjadi dimana-mana untuk mengancam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis, atau mengecam berbagai kegiatan bisnis yang tidak baik, menunjukan bahwa masih banyak orang dan kelompok masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan secara baik dan tetap mengindahkan norma-norma moral.
Keutamaan
Etika bisnis
1. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial yang baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
2. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis
Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
1. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis
2. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis
1. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial yang baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
2. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis
Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
1. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis
2. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis
Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis disini. Yang pertama
etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Etika bisnis
bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara
baik dan etis. Karena bisnis yang baik dan etis menunjang keberhasilan
bisnisnya dalam jangka panjang. Dan berfungsi menggugah kesadaran moral para
pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis demi nilai-nilai luhur
tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri. Etika bisnis dalam lingkupnya
yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan organisasi perusahaan
secara internal melainkan juga menyangkut secara eksternal.
Sasaran yang kedua yaitu untuk menyadarkan masyarakat, khususnya
konsumen, karyawan dan masyarakat luas, akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga. Pada tingkat ini
etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk bertindak menuntut para
pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan
masyarakat. Etika bisnis mengajak masyarakat luas untuk sadar dan berjuang
menuntut haknya agar hak dan kepentingannya tidak dirugikan oleh pembisnis.
Pada sasaran ketiga, etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi
yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika
bisnis lebih bersifat makro. Dalam lingkup makro, etika bisnis berbicara
mengenai monopoli,oligopoly, kolusi dan praktek-praktek semacamnya yang akan
sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan baik
tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara tersebut. Etika bisnis menekankan
pentingnya kerangka legal-politis bagi praktek yang baik, yaitu pentingnya
hukum dan aturan bisnis serta peran pemerintah yang efektif menjamin
keberlakuan aturan bisnis tersebut secara konsekuen tanpa pandang bulu.
Prinsip-prinsip
Etika Bisnis
1. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran
a. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak
b. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
c. Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung jawabkan
Etos kerja .
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
b. suatu aturan umum atau cara hidup
c. suatu tatanan aturan perilaku.
d. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.
2. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
a. Pendorang timbulnya perbuatan.
b. Penggairah dalam aktivitas.
c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan .
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
b. suatu aturan umum atau cara hidup
c. suatu tatanan aturan perilaku.
d. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.
2. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
a. Pendorang timbulnya perbuatan.
b. Penggairah dalam aktivitas.
c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan .
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.
Realisasi Moral Bisnis
Tiga pandangan yang dianut, yaitu:
a. Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
b. Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
c. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
Tiga pandangan yang dianut, yaitu:
a. Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
b. Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
c. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
Pendekatan-pendekatan Stocholder
a. Kelompok primer
Yaitu pemilik modal, saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan.
b. Kelompok Sekunder
Yaitu pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok social, media massa, kelompok pendukung, dan masyarak
a. Kelompok primer
Yaitu pemilik modal, saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan.
b. Kelompok Sekunder
Yaitu pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok social, media massa, kelompok pendukung, dan masyarak
3.ETIKA UTILITARIANISME
DALAM BISNIS
Kriteria dan
Prinsip Etika Utilitarianisme
Aliran utilitarianisme ini berakar
pada ajaran tentang kegunaan atau utility, yang menyatakan, bahwa : baik atau
buruk sebuah tindakan diukur dari apakah tindakan itu menghasilkan tingkat
kesenangan atau kebahagian yang terbanyak, dengan pengorbanan yang paling
sedikit.
Istilah utilitarianisme sebagai
suatu nama aliran yang berasal dari kata latin utilis yang berarti berguna.
Aliran utilitarianisme ini terbagi antara lain aliran act utilitarianism serta
rule utilirianism yang sering diterjemahkan sebagai ‘Utilitarianisme tindakan”
dan ‘Utilitarianisme peraturan’
Prinsip- prinsip aliran
utilitarianisme, menurut Jeremy Bentham (1748-1832) didasarkan kepada dua
prinsip, yaitu :
-
asosiasi (association principle) serta
-
kebahagiaan terbesar (greatest happiness principle).
Bagi Bentham, prinsip kebahagiaan terbesar secara
singkat terjadi jika :
“An action is right from an ethnical
point of view if and only if the sum total of utilities produced by the act is
greater than tha sum of total utilities produced by nay other act the agent
could have performed in its place”.
Apa-apa “yang baik” merupakan
kesenangan buruk” adalah rasa sakit. Tindakan “yang baik” secara etika mengacu
pada kebijakan dan kebahagiaan, sedangkan “yang menghasilkan kebahagiaan
terbesar.
Bentham berkeinginan untuk mencari
kesamaan mendasar guna mampu memberikan landasan objektif atas semua norma yang
berlaku secara umum serta yang daopat dietrima oleh masyarakat luas. Caranya
ialah dengan menimbang segi-segi manfaat dibandingkan dengan kerugian setiap
tindakan.
Tokoh lain dari aliran
utulitarianesme adalah John Stuart Mill (1806-1973), seorang pengikut sekaligus
pewaris yang meneruskan pemikiran Bentham. Tema sentral dari pemikiran Mill
ialah, bahwa tugas utama seseorang adalah untuk tidak menimbulkan derita bagi
sesama manusia.
Mill menyatakan, bahwa akumulasi
asset perlu diikuti oleh distribusi asset pula demi kebaikan masyarakat. Jika
diperlukan, distribusi asset dapat dipaksakan oleh masyarakat melalui
penggunaan pajak, atau penyitaan asset sekalipun. Hanya Mill tidak menerangkan
hubungan antara distribusi dengan produksi, khususnya alat-alat produksi, yang kemudian
dikembangkan oleh Karl Marx. Terlepas dari kekurangan ataupun kekeliruannya,
Mill merupakan pemikir yang secara tegas meghubungkan (dalam Principles)
utilitarianisme.
Apabila aliran utilitarianisme
hedonis menitikberatkan ajaran mereka pada kesenangan dan kebahagian perorangan
sebagai tolak ukur, maka aliran utilitarianesme Bentham, Mill dan kemudian
Henry Sidgwick (1838-1900), menggeluti pemikiran mereka tentang Kebahagian
individu?. Mereka berpendapat bahwa merupakan tugas individu, atau perorangan,
untuk meningkatkan kebahagian masyarakat secara universal, bukan hanya
kebahagian perorangan saja.
Prinsip utilitarianisme pun dapat
menjelaskan mengapa perbuatan seperti membunuh, berdusta, selingkuh dianggap
secara moral adalah salah, sedang beberapa tindakan lain seperti
berterus-terang, kesetiaan, tepat janji merupakan hal-hal yang benar. Jika
orang berdusta ia merugikan masyarakat karena menebarkan rasa saling tidak
percaya diantara masyarakat sedangkan jika ia berbuat benar maka terciptalah
iklim saling percaya, saling membantu yang mampu memperbaiki kualitas hidup
manusia dalam sebuah masyarakat yang tertib serta rapih.
Utilitarianisme sangat berperan
dalam Ilmu ekonomi dan bisnis, sejak awal abad ke XIX, banyak pakar ekonomi
berpendapat perilaku ekonomi dapat dijelaskan melalui asumsi, bahwa manusia
senantiasa berusaha untuk memaksimalkan manfaat dirinya sendiri maupun
kinerjanya, sedangkan nilai manfaat diukur dari harga yang diperoleh.
Prinsip Utilitarianisme juga sangat
cocok dengan konsep yang sering terjadi dalam tujuan bisnis yaitu efisiensi.
Efisiensi terjadi jika maksimalisasi produksi dapat dicapai lewat pemanfaatan
sumber daya yang ada tanpa memerlukan penambahan asset apapun. Kegiatan dinilai
efisien apabila hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan dengan
mengunakan sumber daya yang ada seminimal mungkin. Dengan menggunakan semboyan
kelompok utilitarianisme, efisiensi merupakan hasil berupa manfaat (benefit)
yang sebesar-besarnya dengan menggunakan cost yang serendah-rendahannya, seperti
yang dijabarkan oleh ilmu ekonomi secara umum.
Nilai
Positif Etika Utilitarianisme
Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah
asas yang menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan
kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk
sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu,
menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan
ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’. Nilai
Positif Etika Utilitarianisme antara lain :
• Pertama, Rasionalitas.
Prinsip moral yang diajukan etika utilitarianisme
tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang tidak dipahami atau tidak
diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme memberikan kriteria yang objektif
dan rasional.
• Kedua, Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan
setiap pelaku moral.
Tidak ada paksaan bahwa orang harus bertindak dengan
cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
• Ketiga, Universalitas.
Mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan
bagi banyak orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut
memberi manfaat terbesar bagi banyak orang.
Utilitarianisme
Sebagai Proses dan standar Penilaian
1. sebuah penilaian mengenai kesejahteraan
manusia, atau utiliti, dan
2. sebuah petunjuk untuk memaksimalkan
kesejahteraan (utiliti), yang didefinisikan sebagai, memberikan bobot yang sama
pada kesejahteraan orang per-orang.
Analisa
keuntungan dan kerugian
Utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan
yang benar adalah yang memaksimalkan utiliti, yaitu memuaskan preferensi yang
berpengetahuan sebanyak mungkin.
Dalam pandangan kaum
utilitarian-aturan, perilaku tak adil dalam mendeskriminasi kelompok-kelompok
minoritas menyebabkan meningkatnya ketakutan pihak lain dengan mengalami aturan
yang mengijinkan diskriminasi.
Keuntungan dan kerugian, cost and
benefits, yang dianalisis tidak dipusatkan pada keuntungan dan kerugian
perusahaan. Analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka
uang dan untuk jangka panjang.
Kelemahan
Etika Utilitarianisme
• Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga
dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
• Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan
pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh
berkaitan dengan akibatnya.
• Tidak pernah menganggap serius kemauan baik
seseorang
• Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat
dikualifikasi.
• Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme
saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di
antara ketiganya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar